Tentunya anda yang berminat mengambil judul khutbah Jum'at dengan judul khusus "Memilih pemimpin yang baik" semoga menjadi manfaat kepada kita semua terutama anda yang butuh referensi khutbah jumatan anda bisa mengambil ini.
Silahkan berikut ini khutbah Jum'atnya. (Mohon perhatikan jika ada kalimat alqur'an yang terbalik) :
Khotbah Jum’at
Memilih pemimpin yang baik
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ …
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ …
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Ma’asyiral
Muslimin, jamaah
jum’at yang dirahmati Allah
Puji syukur
kita haturkan ke hadhirat Allah, atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga
kita dimudahkan untuk berkumpul melaksanakan ibadah jumat di kesempatan ini.
Semoga apa yang kita lakukan diterima oleh Allah sebagai amal soleh.
Kita juga
bersyukur kepada Allah, karena kasih sayang-Nya, kita dikumpulkan dalam barisan
orang-orang yang beriman. Dan kita berharap, semoga di hari kiamat kelak, kita
juga dibangkitkan bersama orang-orang yang beriman.
Kaum
muslimin, jamaah jumat yang kami muliakan,
Salah satu
topik yang banyak dibicarakan masyarakat saat ini adalah siapakah yang akan
menjadi pemimpin kita selama lima tahun mendatang. Siapakah nantinya yang akan
menjadi presiden bagi bangsa Indonesia.
Sebagai
orang yang beriman, tentu kita berharap, manusia yang memimpin kita adalah
manusia yang baik, menjaga amanah, adil terhadap rakyatnya, dan berpihak kepada
kaum muslimin.
Jamaah jumah
yang dimuliakan Allah,
Dalam
al-Quran, Allah telah menjelaskan di beberapa ayat, siapakah sosok pemimpin
yang ideal dalam islam.
Ketika Allah
menceritakan proses pengangkatan Nabi Yusuf, sebagai bendahara Mesir, Allah
menyebutkan bagaimana al-Aziz, pemuka mesir memuji Yusuf,
إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ
“Sesungguhnya
kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi amanah pada
sisi kami”.
Kemudian
dilanjutan ayat, Yusuf alaihis salam menyatakan,
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي
حَفِيظٌ عَلِيمٌ
Berkata
Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf: 54 – 55)
Di sinilah
kesempurnaan Yusuf ‘alaihis salam, beliau memiliki 4 kriteria yang mencerminkan
pemimpin ideal,
مَكِينٌ – أَمِينٌ – حَفِيظٌ – عَلِيمٌ
- مَكِينٌ: memiliki kedudukan,
sehingga beliau dihormati dan bisa melaksanakan tugasnya tanpa ada yang
menghalangi.
- أَمِينٌ: beliau orang yang
amanah, yang memiliki rasa takut kepada Allah, sehingga tidak mungkin
mengkhianati rakyatnya.
- حَفِيظٌ: beliau orang yang
mampu menjaga, teliti, bukan orang yang teledor, dan bukan orang yang
menggampangkan masalah.
- عَلِيمٌ : beliau orang yang
berilmu, paham bagaimana cara mengatur pemerintahan dengan benar.
Mengetahui skala prioritas bagi negaranya.
Sehingga
dengan 4 karakter ini, beliau menjadi pemimpin yang ideal.
Demikian
pula karakter Jibril yang Allah amanahi menyampaikan wahyu kepada para
rasul-Nya, karakter Jibril yang Allah puji dalam al-Quran,
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ .ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ
ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ . مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ
Sesungguhnya
Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia
(Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di
sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi
amanah. (QS.
At-Takwir: 19 – 21).
Jibril
memiliki karakter yang sempurna, sehingga Allah tunjuk untuk mengemban tugas
paling berat, mengantarkan wahyu kepada para utusan Allah yang ada di muka
bumi.
Dan seperti
itulah selayaknya pemimpin yang menjadi wakil bagi rakyatnya, dia orang yang
terhormat bukan manusia rendahan, memiliki kemampuan dan profesionalitas, dan
amanah dalam mengemban tugas.
Hadhirin
yang kami hormati,
Tentu saja,
untuk memiliki pemimpin dengan karakter yang sangat ideal di atas, bukanlah hal
yang mudah. Namun di sini, ada satu hal yang bisa kita jadikan renungan
bersama. Pertanyaan mendasar yang layak untuk kita kembalikan kepada pribadi
kita masing-masing.
Jika kita
berharap untuk memiliki pemimpin yang baik, sudahkah kita menjadi rakyat yang
baik?
Jika kita
berharap nantinya akan dipimpin oleh seorang muslim yang peduli dengan islam,
sudahkah kita menjadi masyarakat yang perhatian dengan agamanya.
Kita
memahami, adanya pemimpin di tengah tengah, adalah bagian dari taqdir Allah.
Satu ayat yang sangat akrab kita dengar,
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ
مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ
Katakanlah:
“Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebaikan. (QS. Ali Imran: 26)
Adanya
pemimpin di tengah kita, karena Allahlah yang mengangkatnya dan menunjuknya
untuk menjadi pemimpin kita.
Kaum
muslimin yang kami hormati,
Bagian dari
sunatullah, Allah menunjuk dan mengangkat seorang pemimpin, sesuai dengan
karakter rakyatnya. Allah berfirman,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا
كَانُوا يَكْسِبُونَ
Demikianlah
Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian
yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (QS. Al-An’am: 129)
Sebagai
rakyat, kita sering menuntut para pejabat pemerintah, agar menjadi pemimpin
yang amanah, harus jujur, bijak, adil, membela kepentingan rakyat, bertaqwa,
dan berbagai tuntutan lainnya.
Namun
pernahkah kita berfirkir sebaliknya, menuntut diri kita sebagai rakyat. Jika
kita menerapkan sistem keseimbangan, di saat kita menuntut pemimpin harus baik,
kita juga seharusnya menuntut rakyat untuk menjadi baik pula.
Ada orang
khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib,
“Wahai
khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak dikritik rakyat, tidak sebagaimana
pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?!” tanya si Khawarij.
Jawab Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,
إن رجال أبي بكر وعمر ـ رضي الله عنهما ـ أنا وأمثالي،
أما أنا فكان رجالي أنت وأمثالك
“Karena pada
zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang
semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!!”
(Syarh Riyadhus Shalihin, Ibnu Utsaimin, 4/87).
Kaum
muslimin, mari kita perhatikan surat al-An’am ayat 129 di atas.
Ayat dia
atas menjelaskan kepada kita bahwa diantara hukuman yang Allah berikan kepada
orang zalim adalah dengan Allah tunjuk orang zalim yang lain menguasainya.
Dengan itu, orang zalim pertama, akan mendapatkan bentuk kezaliman dari orang
zalim kedua.
Ketika
masyarakat berusaha memperbaiki dirinya, istiqamah dalam menjalankan kebaikan,
Allah akan perbaiki mereka dengan Allah tunjuk para pemimpin yang memperhatikan
kepentingan mereka. Sebagai ganjaran atas kebaikan yang telah mereka lakukan.
Sebaliknya,
ketika masyarakat banyak melakukan kezaliman, kerusakan, tidak menunaikan
kewajibannya, maka Allah akan tunjuk pemimpin yang zalim di tengah mereka.
Pemimpin yang tidak memihak kepentingan mereka. Bahkan bisa jadi akan menindas
mereka. Sebagai hukuman atas kezaliman yang dilakukan masyarakat. (Taisir
al-Karim ar-Rahman, hlm. 273).
Para ulama
mengatakan dalam sebuah ungkapan,
أعمالكم عمالكم كما تكونوا يولى عليكم
Amal
perbuatan kalian, sejenis dengan pemimpin kalian. Sebagaimana karakter kalian,
seperti itu pula bentuk kepemimpinan yang akan mengendalikan kalian.
Karena
pemimpin cermin bagi rakyatnya. Pemimpin yang berkuasa di tengah masyarakat,
tidak jauh berbeda dengan karakter masyakatnya.
Demikian
khutbah kami yang pertama, semoga bermanfaat,
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ذِيْ العَرْشِ المَجِيْدِ،
الفَعَّالُ لِمَا يُرِيْدُ، أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا، وَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ شَهِيْدٌ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ نَاشِرُ أَعْلَامِ
التَوْحِيْدِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ. أَمَّا بَعْدُ
Jamaah
shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah
Imam Ibnul
Qoyim pernah menjelaskan tentang pentingnya memperbaiki diri, jika kita
berharap memiliki pemimpin yang baik. Beliau rahimahullah mengatakan,
وتأمل حكمته تعالى في ان جعل ملوك العباد وأمراءهم
وولاتهم من جنس اعمالهم بل كأن أعمالهم ظهرت في صور ولاتهم وملوكهم فإن ساتقاموا
استقامت ملوكهم وإن عدلوا عدلت عليهم وإن جاروا جارت ملوكهم
Renungkanlah
hikmah Allah. Dia jadikan pemimpin bagi para hamba-Nya, sejenis dengan amal dan
perilaku hamba-Nya. Bahkan seolah-olah amal mereka berwujud seperti pemimpin
mereka. Ketika mereka istiqamah dalam kebaikan, pemimpin mereka akan istiqamah.
Sebaliknya, ketika mereka menyimpang, maka pemimpin mereka-pun menyimpang.
Ketika mereka berbuat zalim, pemimpin mereka juga akan bertindak zalim…(Miftah
Dar as-Sa’adah, hlm. 253).
Selanjutnya,
mengakhiri kesempatan khutbah ini, kami mengingatkan kepada para jamaah, agar
tidak pesimis terhadap kondisi bangsa kita. Mari kita letakkan harapan besar
kita dalam doa kita.
Dulu ada
seorang ulama yang bernama Fudhail bin ‘Iyadh, beliau memberikan contoh kepada
kita tentang pentingnya mendoakan kebaikan bagi pemimpin. Beliau mengatakan,
لَوْ كَانَتْ لِيْ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ مَا
جَعَلْتُهَا إِلاَّ فِي السُّلْطَانِ
“Seandainya
saya memiliki satu doa yang mustajab, maka saya tidak akan gunakan doa itu
kecuali untuk kebaikan pemimpin.” (Al-Barbahari dalam Syarhu Sunnah hlm. 116).
Karena,
jangan lupakan dalam doa anda, untuk memohon kepada Allah pemimpin yang baik,
adil, amanah, bijak, dan tentu saja membela kepentingan kaum muslimin.
Semoga Allah
memberi petunjuk kepada kita untuk menjadi masyarakat yang baik, sehingga Allah
anugerahkan kepada kita, pemimpin yang baik pula.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
وَبَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّناَ مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّناَ مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
MEMILIH PEMIMPIN YANG AMANAH
لْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ
بِالْهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى
بِاللهِ شَهِيْداً، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ إِقْرَاراً بِهِ وَتَوْحِيْداً، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْماً مَزِيْداً
أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.
Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut, karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya :
Pertama, Beriman dan Beramal Shaleh ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenar,an yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.
Kedua, Mempunyai niat yang Lurus .“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”. Seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
Ketiga,Laki-Laki. Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).Keempat, Berpegang pada Hukum Allah. Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.
Allah berfirman,”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
Kelima, Mampu memutuskan Perkara Dengan Adil. Rasulullah bersabda :
”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
Keenam, Mampu menasehati rakyat. Rasulullah bersabda :
”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
Ketujuh, Tidak Menerima Hadiah. Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,
” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
Kedelapan, mempunyai Ketegasan dalam memimpin. Ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.
Kesembilan, Mempunyai sifat lemah lembut. Doa Rasullullah :
"Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya"
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah dengan judul "Memilih Pemimpin Yang Baik" semoga memberikan manfaat kepada semua ummat, khutbah jumat singkat, Khutbah terbaru, khutbah jumat pertama terbaru.
Source : Ustad Hafidz
TAGS : Khutbah jumat terbaru, khutbah judul Memilih Pemimpin Yang Baik,