Sungguh kita manusia yang tidak mensyukuri nikmatNya ketika dibulan Ramadhan tidak
melaksanakan puasa karena itu adalah perkara wajib untuk dilaksanakan sebagai muslimin.
Perlu diketahui bahwa dalam puasa terdapat banyak hikmah yang dapat diperoleh seperti
contoh kecilnya saja setelah ditinggalkan bulan ramadhan banyak yang masih merasakan
rindu ingin makan sahur lagi dan masih banyak hikmah lainnya.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda dalam kisahnya:
“Ketika aku tertidur, datang 2 orang laki-laki, kemudian keduanya memegang lengan atasku. Kemudian aku dibawa menuju gunung yang sukar dilalui. Kemudian keduanya berkata kepadaku: Naiklah. Hingga aku berada di puncak gunung.
Tiba-tiba (terdengar) suara yang keras. Aku berkata: Suara apa ini? Laki-laki itu
berkata: Ini adalah lolongan penduduk neraka. Kemudian berjalanlah (mereka berdua)
denganku. Tiba-tiba (nampak) suatu kaum yang digantung (terbalik) pada pergelangan
kakinya. Sudut-sudut mulut mereka robek, mengalir darah dari sudut-sudut mulut mereka.
Aku berkata: Siapa mereka? Kemudian dikatakan: Mereka ini adalah orang-orang yang berbuka sebelum dihalalkan waktunya (H.R anNasaai, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, alHakim, dan al-Albany)
Al-Imam adz-Dzahaby menyatakan: Di kalangan kaum mukminin telah dimaklumi bahwa
barangsiapa yang meninggalkan puasa Ramadhan bukan karena sakit dan bukan karena sebab (udzur yang diperbolehkan syari’i), maka itu lebih buruk dari pezina dan peminum khamr.
Bahkan (layak) diragukan keislamannya dan disangka sebagai zindiq dan terlepas
(keislamannya)(al-Kabaair karya adz-Dzahaby halaman 64).
Mungkin para sahabat islaminfoshare mengetahui status bagi seseorang yang tidak puasa
pada bulan Ramadhan perlu diketahui bahwa pintu taubat selalu terbuka kepada semuanya, untuk menuju jalan Allah. Untuk itu tidak ada salahnya BAGIKAN SEMOGA SEMUA YANG BELUM TAU MENJADI TAU (sisi atas dan bawah ini telah disediakan tombol bagikan). Terima kasih dan semoga bagi kita yang puasa diterima pahalanya Amin.
Sumber : Ramadhan Itu Penuh Rindu, Ust. Mahmud Ahmad, Cetakan II. UD. Jakartacorp
melaksanakan puasa karena itu adalah perkara wajib untuk dilaksanakan sebagai muslimin.
Perlu diketahui bahwa dalam puasa terdapat banyak hikmah yang dapat diperoleh seperti
contoh kecilnya saja setelah ditinggalkan bulan ramadhan banyak yang masih merasakan
rindu ingin makan sahur lagi dan masih banyak hikmah lainnya.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda dalam kisahnya:
“Ketika aku tertidur, datang 2 orang laki-laki, kemudian keduanya memegang lengan atasku. Kemudian aku dibawa menuju gunung yang sukar dilalui. Kemudian keduanya berkata kepadaku: Naiklah. Hingga aku berada di puncak gunung.
Tiba-tiba (terdengar) suara yang keras. Aku berkata: Suara apa ini? Laki-laki itu
berkata: Ini adalah lolongan penduduk neraka. Kemudian berjalanlah (mereka berdua)
denganku. Tiba-tiba (nampak) suatu kaum yang digantung (terbalik) pada pergelangan
kakinya. Sudut-sudut mulut mereka robek, mengalir darah dari sudut-sudut mulut mereka.
Aku berkata: Siapa mereka? Kemudian dikatakan: Mereka ini adalah orang-orang yang berbuka sebelum dihalalkan waktunya (H.R anNasaai, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, alHakim, dan al-Albany)
Al-Imam adz-Dzahaby menyatakan: Di kalangan kaum mukminin telah dimaklumi bahwa
barangsiapa yang meninggalkan puasa Ramadhan bukan karena sakit dan bukan karena sebab (udzur yang diperbolehkan syari’i), maka itu lebih buruk dari pezina dan peminum khamr.
Bahkan (layak) diragukan keislamannya dan disangka sebagai zindiq dan terlepas
(keislamannya)(al-Kabaair karya adz-Dzahaby halaman 64).
Mungkin para sahabat islaminfoshare mengetahui status bagi seseorang yang tidak puasa
pada bulan Ramadhan perlu diketahui bahwa pintu taubat selalu terbuka kepada semuanya, untuk menuju jalan Allah. Untuk itu tidak ada salahnya BAGIKAN SEMOGA SEMUA YANG BELUM TAU MENJADI TAU (sisi atas dan bawah ini telah disediakan tombol bagikan). Terima kasih dan semoga bagi kita yang puasa diterima pahalanya Amin.
Sumber : Ramadhan Itu Penuh Rindu, Ust. Mahmud Ahmad, Cetakan II. UD. Jakartacorp