Mungkin semua ummat muslimin muslimat sudah mengetahui apa itu Hajar Aswad, dan sudah pasti tau dan bahkan melihat secara langsung bagi ummat muslim yang sudah Haji ataupun Umroh wujudnya seperti apa.
Batu hitam diikat dengan bingkai perak, mengeluarkan bau harum ini adalah sebuah batu mulia yang ada di muka bumi. Batu ini adalah bagian dari Masjidil Haram dan para jemaah hajipun disyariatkan untuk menciumnya. Batu yang pertama terletak di Timur Rukun Yamani sedangkan yang kedua ia terletak di Tenggara. Batu ini memiliki tinggi 1,5 meter dari permukaan tanah, tetapi sekarang ini batu itu terpecah kecil-kecil seukuran kurma.
Batu ini pertama kali ditemukan oleh Nabi Ismail ketika membangun Kakbah bersama ayahnya Ibrahim AS ketika itu ada bagian bangunan yang kurang, maka Ismail AS pergi ke lereng bukit mencari batu lantas ditemukanlah sebuah batu berdiameter 30 cm yang harum baunya. Ada pula yang meriwayatkan bahwa batu itu adalah batu yang turun dari surga dan malaikat Jibril yang membawanya untuk diberikan kepada Nabi Ismail AS. Wallahu A'lam
Ketika nabi Ismail datang menemui ayahnya, ia memberikan batu tersebut kepada Ibrahim AS saat itu nabi Ibrahim senang melihat batu itu lantas ia pun menciumnya. Batu tersebut akhirnya ditempatkan pada bagian dari bangunan Kakbah. Peristiwa pembangunan Kakbah ini berkisar 3000-an tahun sebelum Masehi.
Bangunan Kakbah telah mengalamai beberapa kali renovasi, ada riwayat yang mengatakan bahwa pondasi Kakbah dibangun oleh para malaikat, adapula yang menyatakan di bangun oleh Nabi Adam AS dan ada yang menyatakan bahwa Nabi Ibrahim hanya melanjutkan pembangunan Kakbah saja.
Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus menjadi seorang rasul, bangunan Kakbah telah mengalami berbagai macam renovasi akibat kerusakan serius pasca perang yang mengakibatkan terbakarnya Kakbah. Ketika itu kaum Qurasy hendak merobohkan Kakbah dan membangunnya kembali, awalnya tidak ada yang berani merubuhkan Kakbah, sampai akhirnya Walid bin Mughirah memberanikan diri untuk merubuhkan Kakbah. Kaum Arab Qurasy takut merenovasi Kakbah karena dipercaya akan membawa petaka bagi yang melakukannya, namun melihat bahwa tidak terjadi hal-hal aneh pada diri Walid bin Mughirah maka masyarakat mekah pun turut merobohkan Kakbah untuk kepentingan renovasi.
Setelah renovasi selesai dikerjakan, kemudian terjadi perselisihan paham antara suku di Mekkah tentang siapa yang berhak meletakkan hajar aswad pada tempatnya. Sampai akhirnya Allah menggerakkan mereka agar berpikir bahwa yang mencari solusi ini adalah orang yang pertama memasuki pintu Kakbah. Saat itu Rasulullah SAW yang pertama memasuki pintu Kakbah saat direnovasi, maka rasulullah SAW dimintai pendapatnya mengenai siapa yang pantas meletakkan hajar aswad. Lantas hajar aswad diletakkan di tengah-tengah kain surban atau selendang, tiap-tiap ujung selendang itu dipegang oleh masing-masing pemuka suku dan di bawa sampai rukun Yamanaini lantas setelah dekat dengan tempatnya Rasulullah mengambilnya dan meletakkannya di sebelah tenggara Kakbah. Tindakan Rasulullah ini disukai dan disetujui oleh masing-masing kabilah atau suku di mekah.
Setelah Islam merambah ke jazirah Arab, penyerangan terhadap Mekkah dan Madinah pun terjadi pada masa kekhalifahan Yazid bin Muawiyah, ketika itu cucu dari Abu Bakar menolak pengangkatan Yazid sebagai khalifah karena dinilai tak pantas, setelah mengetahui perangai buruknya. Penolakan Abdullah bin Zubair ini mendapat kecaman dan penyerangan dari Pasukan Yazid bin Muawwiyah yang dilancarkan oleh pasukan dari syam.
Akibat penyerangan tersebut Kakbah terbakar dan mengalami kerusakan yang serius. Kakbah pun akhirnya dipugar untuk kesepuluh kalinya pada Sabtu pertengahan bulan Jumadil Akhir 64 H. Setelah Kakbah diratakan dengan tanah (untuk tahap pembangunan ulang), kemudian hajar aswad dikeluarkan dari Kakbah yang saat itu dalam keadaan hangus terbakar dan terpecah. Menurut H. Abu Bakar, penulis buku Sejarah Kakbah, ia menjelaskan bahwa batu (hajar aswad) yang saat itu diambil berwarna keabu-abuan seperti batu yang habis terbakar.
Ketika dipindahkan, bentuk hajar aswad telah terpecah-pecah. Adapun mengenai jumlah pecahannya, telah terjadi perbedaan pendapat mengenai hal ini. Ada yang mengatakan bahwa hajar aswad terpecah menjadi 3 serpihan usai serangan terhadap Kakbah, ada pula yang mengatakan 8 pecahan seukuran kurma dan ada pula yang mengatakan bahwa hajar aswad terpecah sampai 15 pecahan. Namun pecahan-pecahan hajar aswad dapat dipatri atau di satukan lagi dengan ikatan perak.
Orang pertama yang menyatukan Hajar Aswad yang terpecah dengan perak adalah Abdullah bin Zubair, pada tahun 64 H, kemudian diganti ikatannya oleh para khalifah (pemimpin pemerintahan) pun mengikutinya termasuk juga para konglomerat. Dan yang terakhir memberikan ikatan (cincin) adalah, Sultan dari Saudi, Muhammad Rasyad yang telah mendermakan perak murni untuk pengikat Kakbah pada tahun 1331 H, kemudian pada 1375 cincin atau ikatan Hajar Aswad ini diperbaiki oleh Raja Abdul Aziz Ali Saud, dengan ikatan perak murni.
Banyak kisah mengenai hajar aswad ini, salah satunya disampaikan oleh sejarawan klasik Ibnu Ishaq. Ia mengisahkan bahwa hajar aswad pernah diseret keluar dari Mekkah, kemudian dikubur di dalam sumur zamzam oleh Amr bin Harits bin Madlald, lantas perbuatan itu dilihatlah oleh Istri Khaza’ah kemudian dia mengabarkan kepada masyarakat dan akhirnya Hajar Aswad diambil dari sumur Zamzam dan diletakkan lagi pada tempat semua yakni di sekitar Kakbah.
Kendati terdapat beberapa kisah mengenai Hajar Aswad ini, namun diantara kisah yang paling menggemparkan adalah peristiwa dicongkelnya batu ini oleh golongan Qaramithah di bawah pimpinan Abu Thahir Al Qurmuti. Ia dan pasukannya berhasil menjarah Kakbah pada 317 H mereka dengan brutalnya memporak-porandakan masjidil haram. Tindakan ararkis yang mereka lakukan menyebabkan terjadinya kerusakan parah di masjidil haram. Kemudian mereka membawa pergi hajar aswad ke kufah, penguasa waktu itu sempat akan memberikan tebusan berupa uang agar Agar Thahir berkenan mengembalikan hajar aswad namun ia tidak bergeming. Demikian pula halnya dengan Amir Bajkam At Turki yang pernah menawarkan 50 ribu Dinar sebagai tebusan Hajar Aswad namun lagi-lagi tawaran tersebut membuatnya tertarik.
Setelah 22 tahun hajar aswad dibawa pergi ke kufah oleh abu thahir alqurmuthi, akhirnya pada tahun 339 H/950 M ia mengembalikannya tanpa syarat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia mengambil hajar aswad atas perintah dan mengembalikannya pun atas perintah. Maka ketika ditawari tebusan puluhan ribu dinar sama sekali ia tidak bergeming. Namun disinyalir bahwa Abu Thahir mengembalikan hajar aswad kembali ke Kakbah setelah adanya permintaan dari penguasa mesir Fathimi. Seperti yang dinukil dari Sejarah Islam: Dari Zaman Nabi Adam Hingga Abad 20, karya Ahmad Ushairy.
Pada awalnya Hajar Aswad berbentuk satu bongkahan dengan diameter 30 cm, saat pertama kali Nabi Ismail menemukannya, namun pencongkelan yang dilakukan oleh pasukan Qaramithah merusak Hajar Aswad menjadi beberapa pecahan. Banyak riwayat menyatakan bahwa jumlah pecahan itu sebanyak 8 pecahan.
Keutamaan Hajar Aswad
Hajar Aswad menjadi patokan bagi jemaah haji dalam melakukan tawaf. Selain daripada itu hajar pun merupakan batu yang tidak dapat ditemukan kesamaan jenis dengan batu yang lain di bumi. Banyak riwayat yang menyebutkan tentang keutamaan hajar aswad, diantaranya:
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.”-HR. Tirmidzi no. 877
“Hajar aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.”-HR. Ahmad 1: 307
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.”-HR. Tirmidzi no. 961
Dahulu Kakbah diisi dengan berhala-berhala orang-orang musyrik jumlahnya mencapai 365 berhala, sampai akhirnya batu yang dikenal dengan sebutan hajar aswad itu berubah warna menjadi hitam karena dosa kemusyrikan manusia di sekitar Kakbah, demikian kalangan tabiin menjelaskan tentang hadis ini.
Mencium Hajar Aswad bukanlah tindakan penghormatan terhadap batu yang hanya berupa benda mati melainkan karena itu adalah bagian dari perintah Allah dan Rasulullah SAW. Adapun mencium Hajar Aswad yang dilakukan umat Islam adalah sebagai ketaatan terhadap Allah dan Rasulullah. Mengenai hal ini Umar r.a. pernah mengatakan, “Sesungguhnya aku menciummu (Hajar Aswad) dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu.” -HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270
Fakta Ilmiah Tentang Hajar Aswad
Beberapa ahli ada yang berpendapat bahwa Hajar Aswad adalah jenis bebatuan seperti; batu basalt, batu agate, atau akik, kaca alami, atau yang paling populer adalah meteorit. Kurator koleksi mineral kekaisaran Austria-Hungaria, Paul Partsch, pernah melakukan publikasi komprehensif terkait Hajar Aswad pada 1857. Ia mengungkapkan bahwa batu itu adalah berupa batuan meteorit, yang bukan berasal dari planet bumi.
Para ahli lainnya juga telah mengemukakan teori bahwa Batu Hajar Aswad merupakan batu yang dapat mengambang di air dan merupakan batu paling tua yang pernah ada di dunia. Dari negara Inggris pernah mengkonfirmasi bahwa mereka memiliki 3 buah potongan batu yang diyakini berasal dari Kakbah yang tersimpan di Museum Inggris. Ketika ditanyai, pihak museum menyebutkan bahwa setelah dilakukan penelitian yang mendalam maka diketahui bahwa batu tersebut bukan berasal dari bumi.
Sungguh besar Allah pencipta alam yang memberikan titik kebenaran atas adanya Allah Swt menjadikan kita semakin percaya atas ciptaannya, Tiada tuhan selain Allah.
Batu hitam diikat dengan bingkai perak, mengeluarkan bau harum ini adalah sebuah batu mulia yang ada di muka bumi. Batu ini adalah bagian dari Masjidil Haram dan para jemaah hajipun disyariatkan untuk menciumnya. Batu yang pertama terletak di Timur Rukun Yamani sedangkan yang kedua ia terletak di Tenggara. Batu ini memiliki tinggi 1,5 meter dari permukaan tanah, tetapi sekarang ini batu itu terpecah kecil-kecil seukuran kurma.
Batu ini pertama kali ditemukan oleh Nabi Ismail ketika membangun Kakbah bersama ayahnya Ibrahim AS ketika itu ada bagian bangunan yang kurang, maka Ismail AS pergi ke lereng bukit mencari batu lantas ditemukanlah sebuah batu berdiameter 30 cm yang harum baunya. Ada pula yang meriwayatkan bahwa batu itu adalah batu yang turun dari surga dan malaikat Jibril yang membawanya untuk diberikan kepada Nabi Ismail AS. Wallahu A'lam
Ketika nabi Ismail datang menemui ayahnya, ia memberikan batu tersebut kepada Ibrahim AS saat itu nabi Ibrahim senang melihat batu itu lantas ia pun menciumnya. Batu tersebut akhirnya ditempatkan pada bagian dari bangunan Kakbah. Peristiwa pembangunan Kakbah ini berkisar 3000-an tahun sebelum Masehi.
Bangunan Kakbah telah mengalamai beberapa kali renovasi, ada riwayat yang mengatakan bahwa pondasi Kakbah dibangun oleh para malaikat, adapula yang menyatakan di bangun oleh Nabi Adam AS dan ada yang menyatakan bahwa Nabi Ibrahim hanya melanjutkan pembangunan Kakbah saja.
Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus menjadi seorang rasul, bangunan Kakbah telah mengalami berbagai macam renovasi akibat kerusakan serius pasca perang yang mengakibatkan terbakarnya Kakbah. Ketika itu kaum Qurasy hendak merobohkan Kakbah dan membangunnya kembali, awalnya tidak ada yang berani merubuhkan Kakbah, sampai akhirnya Walid bin Mughirah memberanikan diri untuk merubuhkan Kakbah. Kaum Arab Qurasy takut merenovasi Kakbah karena dipercaya akan membawa petaka bagi yang melakukannya, namun melihat bahwa tidak terjadi hal-hal aneh pada diri Walid bin Mughirah maka masyarakat mekah pun turut merobohkan Kakbah untuk kepentingan renovasi.
Setelah renovasi selesai dikerjakan, kemudian terjadi perselisihan paham antara suku di Mekkah tentang siapa yang berhak meletakkan hajar aswad pada tempatnya. Sampai akhirnya Allah menggerakkan mereka agar berpikir bahwa yang mencari solusi ini adalah orang yang pertama memasuki pintu Kakbah. Saat itu Rasulullah SAW yang pertama memasuki pintu Kakbah saat direnovasi, maka rasulullah SAW dimintai pendapatnya mengenai siapa yang pantas meletakkan hajar aswad. Lantas hajar aswad diletakkan di tengah-tengah kain surban atau selendang, tiap-tiap ujung selendang itu dipegang oleh masing-masing pemuka suku dan di bawa sampai rukun Yamanaini lantas setelah dekat dengan tempatnya Rasulullah mengambilnya dan meletakkannya di sebelah tenggara Kakbah. Tindakan Rasulullah ini disukai dan disetujui oleh masing-masing kabilah atau suku di mekah.
Setelah Islam merambah ke jazirah Arab, penyerangan terhadap Mekkah dan Madinah pun terjadi pada masa kekhalifahan Yazid bin Muawiyah, ketika itu cucu dari Abu Bakar menolak pengangkatan Yazid sebagai khalifah karena dinilai tak pantas, setelah mengetahui perangai buruknya. Penolakan Abdullah bin Zubair ini mendapat kecaman dan penyerangan dari Pasukan Yazid bin Muawwiyah yang dilancarkan oleh pasukan dari syam.
Akibat penyerangan tersebut Kakbah terbakar dan mengalami kerusakan yang serius. Kakbah pun akhirnya dipugar untuk kesepuluh kalinya pada Sabtu pertengahan bulan Jumadil Akhir 64 H. Setelah Kakbah diratakan dengan tanah (untuk tahap pembangunan ulang), kemudian hajar aswad dikeluarkan dari Kakbah yang saat itu dalam keadaan hangus terbakar dan terpecah. Menurut H. Abu Bakar, penulis buku Sejarah Kakbah, ia menjelaskan bahwa batu (hajar aswad) yang saat itu diambil berwarna keabu-abuan seperti batu yang habis terbakar.
Ketika dipindahkan, bentuk hajar aswad telah terpecah-pecah. Adapun mengenai jumlah pecahannya, telah terjadi perbedaan pendapat mengenai hal ini. Ada yang mengatakan bahwa hajar aswad terpecah menjadi 3 serpihan usai serangan terhadap Kakbah, ada pula yang mengatakan 8 pecahan seukuran kurma dan ada pula yang mengatakan bahwa hajar aswad terpecah sampai 15 pecahan. Namun pecahan-pecahan hajar aswad dapat dipatri atau di satukan lagi dengan ikatan perak.
Orang pertama yang menyatukan Hajar Aswad yang terpecah dengan perak adalah Abdullah bin Zubair, pada tahun 64 H, kemudian diganti ikatannya oleh para khalifah (pemimpin pemerintahan) pun mengikutinya termasuk juga para konglomerat. Dan yang terakhir memberikan ikatan (cincin) adalah, Sultan dari Saudi, Muhammad Rasyad yang telah mendermakan perak murni untuk pengikat Kakbah pada tahun 1331 H, kemudian pada 1375 cincin atau ikatan Hajar Aswad ini diperbaiki oleh Raja Abdul Aziz Ali Saud, dengan ikatan perak murni.
Banyak kisah mengenai hajar aswad ini, salah satunya disampaikan oleh sejarawan klasik Ibnu Ishaq. Ia mengisahkan bahwa hajar aswad pernah diseret keluar dari Mekkah, kemudian dikubur di dalam sumur zamzam oleh Amr bin Harits bin Madlald, lantas perbuatan itu dilihatlah oleh Istri Khaza’ah kemudian dia mengabarkan kepada masyarakat dan akhirnya Hajar Aswad diambil dari sumur Zamzam dan diletakkan lagi pada tempat semua yakni di sekitar Kakbah.
Kendati terdapat beberapa kisah mengenai Hajar Aswad ini, namun diantara kisah yang paling menggemparkan adalah peristiwa dicongkelnya batu ini oleh golongan Qaramithah di bawah pimpinan Abu Thahir Al Qurmuti. Ia dan pasukannya berhasil menjarah Kakbah pada 317 H mereka dengan brutalnya memporak-porandakan masjidil haram. Tindakan ararkis yang mereka lakukan menyebabkan terjadinya kerusakan parah di masjidil haram. Kemudian mereka membawa pergi hajar aswad ke kufah, penguasa waktu itu sempat akan memberikan tebusan berupa uang agar Agar Thahir berkenan mengembalikan hajar aswad namun ia tidak bergeming. Demikian pula halnya dengan Amir Bajkam At Turki yang pernah menawarkan 50 ribu Dinar sebagai tebusan Hajar Aswad namun lagi-lagi tawaran tersebut membuatnya tertarik.
Setelah 22 tahun hajar aswad dibawa pergi ke kufah oleh abu thahir alqurmuthi, akhirnya pada tahun 339 H/950 M ia mengembalikannya tanpa syarat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia mengambil hajar aswad atas perintah dan mengembalikannya pun atas perintah. Maka ketika ditawari tebusan puluhan ribu dinar sama sekali ia tidak bergeming. Namun disinyalir bahwa Abu Thahir mengembalikan hajar aswad kembali ke Kakbah setelah adanya permintaan dari penguasa mesir Fathimi. Seperti yang dinukil dari Sejarah Islam: Dari Zaman Nabi Adam Hingga Abad 20, karya Ahmad Ushairy.
Pada awalnya Hajar Aswad berbentuk satu bongkahan dengan diameter 30 cm, saat pertama kali Nabi Ismail menemukannya, namun pencongkelan yang dilakukan oleh pasukan Qaramithah merusak Hajar Aswad menjadi beberapa pecahan. Banyak riwayat menyatakan bahwa jumlah pecahan itu sebanyak 8 pecahan.
Keutamaan Hajar Aswad
Hajar Aswad menjadi patokan bagi jemaah haji dalam melakukan tawaf. Selain daripada itu hajar pun merupakan batu yang tidak dapat ditemukan kesamaan jenis dengan batu yang lain di bumi. Banyak riwayat yang menyebutkan tentang keutamaan hajar aswad, diantaranya:
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.”-HR. Tirmidzi no. 877
“Hajar aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.”-HR. Ahmad 1: 307
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.”-HR. Tirmidzi no. 961
Dahulu Kakbah diisi dengan berhala-berhala orang-orang musyrik jumlahnya mencapai 365 berhala, sampai akhirnya batu yang dikenal dengan sebutan hajar aswad itu berubah warna menjadi hitam karena dosa kemusyrikan manusia di sekitar Kakbah, demikian kalangan tabiin menjelaskan tentang hadis ini.
Mencium Hajar Aswad bukanlah tindakan penghormatan terhadap batu yang hanya berupa benda mati melainkan karena itu adalah bagian dari perintah Allah dan Rasulullah SAW. Adapun mencium Hajar Aswad yang dilakukan umat Islam adalah sebagai ketaatan terhadap Allah dan Rasulullah. Mengenai hal ini Umar r.a. pernah mengatakan, “Sesungguhnya aku menciummu (Hajar Aswad) dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu.” -HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270
Fakta Ilmiah Tentang Hajar Aswad
Beberapa ahli ada yang berpendapat bahwa Hajar Aswad adalah jenis bebatuan seperti; batu basalt, batu agate, atau akik, kaca alami, atau yang paling populer adalah meteorit. Kurator koleksi mineral kekaisaran Austria-Hungaria, Paul Partsch, pernah melakukan publikasi komprehensif terkait Hajar Aswad pada 1857. Ia mengungkapkan bahwa batu itu adalah berupa batuan meteorit, yang bukan berasal dari planet bumi.
Para ahli lainnya juga telah mengemukakan teori bahwa Batu Hajar Aswad merupakan batu yang dapat mengambang di air dan merupakan batu paling tua yang pernah ada di dunia. Dari negara Inggris pernah mengkonfirmasi bahwa mereka memiliki 3 buah potongan batu yang diyakini berasal dari Kakbah yang tersimpan di Museum Inggris. Ketika ditanyai, pihak museum menyebutkan bahwa setelah dilakukan penelitian yang mendalam maka diketahui bahwa batu tersebut bukan berasal dari bumi.
Sungguh besar Allah pencipta alam yang memberikan titik kebenaran atas adanya Allah Swt menjadikan kita semakin percaya atas ciptaannya, Tiada tuhan selain Allah.